PEMBINAAN
DISIPLIN KELAS DAN KENYAMANAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A.
Latar belakang
Kelas merupakan wahana
paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi anak-anak
sekolah. Kedudukan “kelas” yang begitu penting mengisyaratkan bahwa tenaga
kependidikan yang professional yang dikehendaki, terutama guru, harus
professional dalam mengelola kelas bagi terselenggaranya proses pendidikan dan
pembelajaran yang efektif dan efisien.Pada tingkat deskripsi, terminologi,
konsep, dan teori manajemen itu bersifat netral
dan universal. Karakteristik tugas pokok dan fungsi institusi lembagalah yang membuat replika manajemen menjadi berbeda.Oleh karena itu, manajemen itu berbeda pada tingkat kreatif.Ini berarti bahwa konsep dan teori manajemen dapat ditransfer (transferable)ke dalam institusi yang bervariasi atau berbeda tugas pokok dan fungsinya.
dan universal. Karakteristik tugas pokok dan fungsi institusi lembagalah yang membuat replika manajemen menjadi berbeda.Oleh karena itu, manajemen itu berbeda pada tingkat kreatif.Ini berarti bahwa konsep dan teori manajemen dapat ditransfer (transferable)ke dalam institusi yang bervariasi atau berbeda tugas pokok dan fungsinya.
Bangsa kita boleh
melabeli dirinya sebagai Indonesia modern. Sekolah-sekolahnya pun boleh saja
dilabeli sebagai sekolah modern Indonesia. Meskipun begitu kita harus akui
bahwa Indonesia masih memiliki masyarakat yang baru mampu berpakaian koteka dan
ada pula yang berbelanjanya pun harus ke luar negeri, lengkap dengan perilaku
megapolitasnya.Fenomena sekolah-sekolah di Indonesia pun begitu.Ada
sekolah-sekolah yang dikemas dengan disiplin superketat, biaya supermahal,
fasilitas superlengkap, guru-gurunya superkompeten, dan seabrek super
lainnya.Tentu saja realitas adalah realitas.Di kampung-kampung tradisional,
sekolah-sekolahnya dikelola amat tidak profesioanal, sering mincul anekdot
adanya sekolah yang peserta didiknya masuk paling akhir dan pulang lebih
cepat.Mengapa begitu?
Penggambaran waktu
peserta didik masuk dan pulang sekolah seperti itu sebetulnya merupakan kritik terhadap
adanya sekolah yang anak-anak didiknya masuk sekolah jauh lebih terlambat
dibandingkan dengan waktu normal dan pulang sekolah jauh lebih cepat dari waktu
normal.Fenomen ini benar-benar masih ada di Negara Indonesia yang secara umum
sudah disebut modern.Bukan itu saja penyakit pada sekolah-sekolah tradisional
kita, yang masyarakat di sekitarannya rerata berekonomi lemah dan hidup dari
usaha tani kecil-kecilan.Di daerah seperti itu, persentase anak didik membolos
alias tidak masuk sekolah sangat tinggi.Tingkat putus sekolah pun begitu,
meskipun naik kelas semakin mengotomatis, sebagai efek samping kebijakan wajib
belajar dan lemahnya standar evaluasi akhir tahun untuk menentukan kenaikan
kelas atau kelulusan.Ketika orang tuanya menggarap lahan pertanian atau ketika
musim panen, banyak anak yang membolos.Bahkan, bukan saja peserta didik,
gurunya pun kerap begitu.
Kalau demikian adanya,
dapat dibayangkan bagaimana mutu proses pendidikan di sekolah-sekolah itu.
Dapat pula dibayangkan bagaimana mutu hasil belajar siswanya.Dua fenomen ini
merupakan penggambaran bahwa wajah sekolah itu belum sepenuhnya
menyenangkan.Hal ini pun menjadi isyarat bahwa sosok manajemen kelas dan
manajemen pembelajaran pada sebagian sekolah kita masih benar-benar buruk.
B.
Perumusan masalah
Dari penjabaran latar
belakang di atas, penulis merumuskan masalah tentang manajemen mengenai
“Bagaimana mewujudkan sikap disiplin peserta didik serta kenyamanan dalam
pembelajaran?”.
C.
Arti Manajemen Kelas
Koontz
dan
Weihrich (1990:4) mengemukakan
definisi manajemen sebagai ”the process
of designing and maintaining an environment in which individuals, working
together in groups, efficiently accopmplish selected aims.” Manajemen,
karenanya, merupakan proses mendesain dan memelihara lingkungan, yang
individunya bekerja bersama dalam kelompok, untuk mencapai tujuan tertentu
secara efisien.
Scanlan
dan
Key (1979: 7) mendefinisikan
manajemen sebagai proses pengoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik
manusia, fasilitas maupun sumber daya teknikal lain, untuk mencapai berbagai
tujuan khusus yang ditetapkan.
Terry
mendifinisikan
manajemen dari sudut pandang fungsional organiknya.Ia menulis bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, pengawasan; baik sebagai
ilmu maupun seni, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Selain
itu, manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.
1)
Manajemen sebagai ilmu
Menurut Luther Gulick (1965) manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan
karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umun
dan subjektif.Selanjutkan dikatakan bahwa perjalanan suatu ilmu, teori-teori
manajemen yang ada diuji dengan pengalaman. Menurut Gulick manajemen menjadi
suatu ilmu, jika teori-teorinya mampu menuntuk manajer dengan memberi kejelasan
bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka
meramalkan akibat-akibat dari tindakan-tindakannya.
2)
Manajemen itu suatu kiat atau seni
Menurut Marry Parker Follet (Stoner, 1986) manajemen sebagai seni untuk
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang.(The
art of getting things done through people). Definisi ini perlu mendapat
perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi
dengan cara mengatur orang lain. Hal senada juga diungkapkan oleh Henry M. Botinger, manajemen sebagai
suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan, pengetahuan teknis, dan
komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen.Semakin banyak
belajar tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang
seperangkat tindakan.
Demikian pula dalam hubungan
antarmanusia, struktur social, dan organisasi menuntut seorang manajermemahami
ilmu perilaku yang mendasari manajemen.Akan tetapi, sebelum pengetahuan
tersebut dikuasai, manajer harus bergantung pada intuisinya sendiri (karena
informasi tidak memadai) dan melakukan penilaian sendiri.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa meskipun banyak aspek manajemen telah menjadi ilmiah, tetapi
masih banyak unsur-unsur manajemen yang tetap merupakan kiat tersendiri seorang
manajer.
3)
Manajemen juga merupakan suatu profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang
menuntut persyaratan tertentu.Persyaratan profesi menghendaki berbagai
kompetisi sebagai dasar keahlian khusus, diakui dan dihargai oleh masyarakat
dan pemerintah, dan memiliki kode etik.Demikian halnya dengan manajemen sebagai
suatu profesi dituntut persyaratan tertentu. Seorang professional menurut Robert L. Katz harus mempunyai kemampuan/kompetensi:
konseptual, social (hubungan manusiawi), dan teknikal.
Kemampuan konsep adalah mempersepsi
organisasi sebagai suatu sistem, memahami perubahan pada setiap bagian
berpengaruh pada keseluruhan organisasi, kemampuan mengkoordinasi semua
kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan itu diperlukan agar seorang
manajer mampu bekrja sama dan memimpin kelompoknya dengan memahami anggota
sebagai individu dan kelompok,.Sedangkan kemampuan teknik adalah kemampuan
menggunakan alat, prosedur dan teknik bidang khusus, misalnya teknik penyusunan
program, anggaran.
Seorang manajer professional dibutuhkan
oleh masyarakat/konsumen dan pemerintah karena prestasinya, sehingga atas daras
prestasi itu ia dibayar sebagai penghargaan dan pengakuan terhadap
eksistensinya.Demikian pula manajemen professional memerlukan kode etik untuk
ditaati.Menurut Schein (dalam Stoner,
1986) banyak indicator yang menunjukkan bahwa manajemen sedang bergerak ke arah
peningkatan profesionalisme, baik dalam dunia bisnis maupun
organisasi-organisasi nonprofit.implikasi dari meningkatan ini semakin perlu
program pengembangan manajemen sebagai sokoguru profesionalisme.
Manajemen kelas
mengandung pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana
dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif
(Rachman, 1999:11). Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi
yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas,
atau juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Secara lebih rinci, J.M. Cooper (1977) merumuskan lima buah
definisi mengenai manajemen kelas.
1) Manajemen
kelas dipandang sebagai suatu proses untuk mengendalikan atau mengontrol perilaku
siswa di dalam kelas.
2) Manajemen
kelas merupakan upaya menciptakan kebebasan bagi diri peserta didik.
3) Manajemen
kelas dipandang sebagai suatu proses pemodifikasian perilaku (behavioral modification) peserta didik.
4) Manajemen
kelas dipandang sebagai proses menciptakan suasana sosioemosional yang positif
di dalam kelas.
5) Manajemen
kelas dipandang sebagai upaya pemberdayaan (empowering)
sebuah system social atau proses kelompok (group
processes).
Jadi dapat disimpulkan
bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses
belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah kepada penyiapan
bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan
situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga
pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen.
PUOD dan Dirjen.Dikdasmen, 1996).
D.
Tujuan manajemen kelas
Manajemen kelas
bertujuan untuk: (1) mewujudkan situasai dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta
didik mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin, (2) menghilangkan berbagai
hambatan yang dapat menghambat terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan
dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional, dan
intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan
latar belakang social, ekonomi, budaya, serta sufat-sifat individunya (Dirjen.
PUOD dan Dirjen.Dikdasmen, 1996).
E.
Langkah-langkah manajemen kelas
Menurut Gorton (1976), manajemen itu pada hakikatnya
merupakan proses pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah manajemen tidak
diubahnya sebagaimana langkah-langkah pemecahan masalah. Gorton
mengidentifikasi langkah-langkah manajemen sebagai berikut.
1)
Identifikasi masalah
2)
Diagnosis masalah
3)
Penetapan tujuan
4)
Pembuatan keputusan
5)
Perencanaan
6)
Pengorganisasian
7)
Pengkoordinasian
8)
Pendelegasian
9)
Penginisiasian
10)
Pengkomunikasian
11)
Kerja dengan kelompok-kelompok
12)
Penilaian
Sedangkan menurut Sergiovanni dan kawan-kawannya (1987), langkah-langkah manajemen
meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengerahan/kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Namun apabila dikaji secara seksama, terutama
apabila dikaji konsepnya, ternyata keduanya sama yaitu antara konsep Gorton dan
konsep Sergiovanni.
Berikut adalah bagan perbandingan antara
konsep Gorton dan konsep Sergiovanni .
Konsep
Gorton
Identifikasi masalah
Diagnosis masalah
Penetapan tujuan
Pembuatan keputusan
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengkoordinasian
Pendelegasian
Pengerahan
Komunikasi
Kerja kelompok
Penilaian
|
Konsep
Sergiovanni
Perencanaan
(planning)
Pengorganisasian
(organizing)
Pengarahan/Kepemimpinan
(leading)
Pengawasan (controlling)
|
Berikut
ini adalah bagan mengenai siklus manajemen yang dikemukakan oleh Sergiovanni.
Manajemen
|
Perencanan
|
Pengawasan
|
Pengarahan/
Kepemimpinan
|
Pengorganisasian
|
1)
Perencanaan
Keseluruhan
proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa
yang akan dating dalam rangka mencapai tujuan.
2)
Pengorganisasian
Keseluruhan
proses pengelompokan semua tugas, tanggung jawab, wewenang, dan komponen dalam
proses kerja sama sehingga tercipta suatu system kerja yang baik dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkaan.
3)
Pengarahan/kepemimpinan
Keseluruhan
proses mempengaruhi, menolong, mengajak, menggerakkan, dan menuntun orang lain
dalam proses kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai denganaturan
yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
4)
Pengawasan
Kinbrough
dan Nunnery (1983) mengartikan pengawasan sebagai
proses memonitor kegiatan-kegiatan. Tujuannya untuk menentukan harapan-harapan
yang secara nyata dicapai dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
F.
Disiplin kelas sebagai wujud manajemen
kelas yang berbasis psikologi pendidikan
Dalam
melakukan aktivitas manajemen kelas untuk pembinaan disiplin kelas yang
berbasis psikologi pendidikan dapat menggunakan beberapa pendekatan
diantaranya:
1) Pendekatan
otoriter
Menegakkan peraturan yang berlaku
di kelas secara persuasive dan mendidik. Jika siswa melanggar disiplin kelas,
maka guru dapat menberikan hukuman yang mendidik, sedangkan jika siswa menaati
peraturan disiplin kelas diberikan penguatan (reward) agar sikap dan perilaku
tersebut semakin diintensifkan oleh siswa sehingga dapat menjadi model bagi
siswa lainnya.
2) Pendekatan
permisif
Memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensinya dengan difasilitasi oleh guru.
3) Pendekatan
instruksional
Merencanakan dengan teliti
pelajaran yang baik dan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan setiap peserta didik.
4) Pendekatan
pengubahan perilaku
Mengubah
perilaku peserta didik yang tidak disiplin di klelas menjadi disiplin di kelas.
5) Pendekatan
sosio emosional
Menjalin
hubungan sosio emosional yang baik antara guru dengan para peserta didik di
kelas.
6) Pendekatan
proses kelompok
Membimbing para siswa agar dapat
saling berinteraksi social dalam suasana kelas yang penuh disiplin.
Sikap
disiplin yang dilakukan oleh seseorang atau peserta didik, hakekatnya adalah
suatu tindakan untuk memenuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, yang perlu
dilakukan oleh para guru ialah menanamkan prinsip-prinsip kelas yang mengacu
kepada nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan, nilai-nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat, nilai-nilai kekuasaan yang dimiliki oleh para guru,
dan nilai rasional yang selalu berbasis pada akal yang cerdas dan sehat.
Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib suatu
sekolah yang harus dipedomani oleh para warga sekolah.
Disiplin
kelas merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku menyimpang dari
ketertiban kelas.Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin yang mengacu
psikologi pendidikan, hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip
demokrasi.Prinsip-prinsip kemanusiaan dan demokrasi dalam penegakkan disiplin
berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil
kebijakan yang berhubungan dengan disiplin (Rachman, 1999:170).Oleh karena itu,
pendekatan disiplin yang dilakukan oleh para guru harus memperhatikan beberapa
prinsip berikut ini, yaitu (1) menggambarkan prinsip-prinsip paedagogi dan
hubungan kemanusiaan di kelas, (2) mengembangkan budaya disiplin di kelas dan
mengembangkan profesionalisme guru dalam menumbuhkembangkan budaya disiplin di
dalam kelas, (3) merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta
didik dalam melaksanakan budaya disiplin kelas, (4) menumbuhkembangkan
kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin di
kelas oleh para guru dan peserta didik, dan (5) menghindari perasaan tertekan
dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik dalam menegakkan dan
melaksanakan budaya disiplin kelas.
G.
Pemeliharaan budaya disiplin dan usaha
kuratif terhadap pelanggaran disiplin dengan pendekatan psikologi pendidikan
Dalam
upaya untuk memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan berkembang,
para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan menunjukkan
sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar,
dan kegiatan disiplin pendidikan di kelas.Henri
Fayol mengemukakan bahwa tugas-tugas pokok pimpinan itu setelah
diterjemahkan terdiri atas: merencanakan (to
paln), mengorganisasikan (to organize),
menggerakkan (to command),
mengkoordinasikan (to coordinate),
dan mengendalikan (to control).
Selain itu, aplikasi konsep, prinsip, dan teori-teori psikologi pendidikan
harus juga diterapkan dalam memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh
dan berkembang.
Selanjutnya,
dalam upaya penanggulangan (kuratif) terhadap pelanggaran disiplin kelas perlu
dilaksanakan dengan penuh hati-hati, demikrasi, dan edukasi (Rachman, 1999:
207).Cara-cara penanggulangan dilakukan secara bertahap dengan tetap
memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa
pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok.Langkah tersebut mulai
dari tahap pencegahan sampai kepada tahap penyembuhan, dengan tetap bertumpu
kepada penekanan substansinya bukan pribadi peserta didik. Disampin itu para
guru harus juga tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik,, bukan
karena rasa benci atau emosional. Namun demikian, disadari benar bahwa disiplin
di kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya faktor lingkungan
siswa, seperti lingkungan rumah.Oleh karena itu para guru juag perlu menjalin
kerjasama dengan para orangtua di rumah, agar kebiasaan disiplin di sekolah
yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh subur.
H.
Kesimpulan
Manajemen kelas adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang dilakukan
oleh guru, baik individu maupun dengan atau melalui orang lain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara memanfaatkan segala sumber
daya yang ada. Urgensi kemampuan memfasilitasi proses belajar sejalan dengan
spirit paradigma pendidikan modern, yaitu perilaku guru harus bergeser dari
dispenser ilmu pengetahuan (teacher as
dispenser) kepada anak didik menjadi fungsi guru menjadi direktur atau
fasilitator belajar.
Selain itu guru juga
harus mampu menciptakan keteraturan (estabilishing
order) salah satunya yaitu disiplin siswa di dalam kelas.Guru dapat
menggunakan beberapa pendekatan seperti pendekatan otoriter, pendekatan
permisif, pendekatan instruksional, pendekatan pengubahan perilaku, dan
pendekatan sosio emosional. Selain itu, dalam menciptakan menciptakan disiplin
kelas, guru dapat mengintegrasikan pendekatan-pendekatan yang ada dengan
prinsip-prinsip disiplin kelas.Dengan mengintegrasikan keduanya maka tingkat
keberhasilan dalam mewujudkan kedisiplinan peserta didik serta kenyaman dalam
proses pembelajaran pun akan memakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Hadis, Abdul 2008.Psikologi dalam Pendidikan. Bandung:
ALFABETA
Bafadal,
Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu
Sekolah Dasar. Jakarta: PT BUMI AKSARA
Fattah,
Nanang. 2006. Landasan Manajemen
Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Danim,
Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan.
Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Suryosubroto,
B. 2004.Manajemen Pendidikan Di Sekolah.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA